Kupu-Kupu

bukankah kupu-kupu yang kalian kagumi keindahannya itu dulunya adalah seekor ulat, yang mana kita geli atau bahkan jijik melihatnya ?
kemudian dengan tabahnya ia berdiam diri dalam kepompongnya,
ia merenung dan memahami,
atau bisa jadi ia menyesali,
dan setelah sekian waktu berganti,
jadilah ia kupu-kupu sejati.

tiap-tiap orang pasti memiliki kisah,
yang terkadang justru tak indah,
atau bahkan membuat hati berdarah,
tapi bukan kah setiap orang punya kesempatan untuk berubah ?

Sudah Ikhlas kah Kita ?

sumber : Ust. Syatori Abdurrauf, @Nurul ‘Ashri, Deresan, 23 September 2013

Ikhlas itu segala sesuatu, apapun yang terbaik untuk Allah, meskipun itu manis atau pahit, ketika sedang dalam keadaan yg diinginkan atau yang sedang tidak diinginkan, walaupun dalam keadaan lapang atau terjepit, kita harus tetap melakukan yang terbaik untuk Allah disegala kesempatan. Lalu, inginkah kita menjadi orang yang ikhlas untuk Allah ? umat muslim mana yang menolak untuk memiliki sifat terpuji seperti yang satu ini. jawabannya adalah ingin, sangat ingin. Kita sangat ingin menjadi seorang yang ikhlas.

Tapi masalahnya, mengapa kita menolak untuk ikhlas ketika Allah memberikan kesempatan untuk ikhlas ? mengapa kita menggerutu ketika ada barang yang kita pinjamkan kepada teman kita, kemudian dia mengembalikannya dalam keadaan rusak ? padahal itulah jawaban Allah. Kita sedang diberikan jalan untuk ikhlas, tapi kita menolaknya.

Kesempatan untuk ikhlas terjadi disaat kita merasa dirugikan, bukan sebaliknya. Dengan cara inilah Allah melatih kita untuk ikhlas. Kita percaya bahwa semua yang terjadi adalah atas izin Allah, semuanya. Semua yang Allah ujikan adalah baik bukan ? kita percaya, tapi kenapa kita tidak bisa ikhlas ? semua kan terjadi karena izin Allah, Allah yang mengizinkan masalah terjadi. Jadi kenapa kita tidak bisa ikhlas padahal kita dalam posisi percaya bahwa semua ujian dari Allah itu baik ?

Jadi , pertanyaannya sekarang ini adalah,

Sudah ikhlas kah kita ?

@Darusshalihat, 21 September 2013.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

@Daarus Shalihat, 21 September 2013.

Jahiliyah, sebuah kata yang tidak asing lagi bagi kita, sebuah kata yang sangat sering kita dengar, “kaum jahiliyah” seperti itu lengkapnya. Kaum yang hidup pada zaman beratus-ratus tahun silam.

Seperti yang kita ketahui, kata “جهل” dalam bahasa arab memiliki arti “kebodohan” atau “bodoh”. Tapi tahukah antum, bodoh atau جهل adalah, segala sesuatu yang tidak Allah inginkan atas diri kita. Segala sesuatu yang tidak membawa dan tidak memiliki kebaikan untuk akhirat sama sekali. Konser musik, diskotik, hura-hura, perayaan tahun baru, sama sekali tidak bernilai akhirat. Konser musik bisa dikategorikan sebagai tontonan jahiliyah, begitupun pertandingan sepak bola, dan motoGP misalnya, khusunya untuk para ikhwan biasanya yang menggandrungi tontonan ini. Kalau akhwat biasanya romance dan sinetron, ckck -_-

Sebenarnya yang harus diingat adalah, apapun yang kita lakukan, harus bernilai akhirat. Apapun itu. Karena tempat ana dan antum semua kembali ya akhirat, tujuan kita hidup adalah untuk bekal kembali ke akhirat, kembali kepada Allah SWT.  Kita selalu dihadapkan pada dua pilihan, dosen mata kuliah DDE ana sering menyebutnya dengan istilah Trade Off, suatu keadaan dimana kita dihadapkan pada dua pilihan, yang mana kita harus memilih salah satu diantaranya, atau mungkin istilah gaulnya adalah dilemma, hehe. Disini kita diharuskan untuk memilih, mau hidup layaknya Jahiliyah, atau hidup dengan Islam. Pasti semua menjawab Islam bukan ? Jika kita memilih hidup dengan Islam, kita harus konsekuen. Tapi coba lihat realita kehidupan saat ini. tragis. Tak perlu ditorehkan dengan pena, ana yakin antum tahu maksud dari kata tragis diatas.

Jika kita pilih Islam, kita harus ikhlas menerima dan memilih keinginan Allah dan pilihan Allah untuk hidup kita.  Tapi jika kita memilih untuk sebaliknya, “tidak ikhlas menerima dan tidak memilih keinginan dan pilihan dari Allah” maka seperti yang ana sebutkan diawal, “JAHILIYAH”. mengapa demikian ? karena semua pilihan Allah pasti baik. Kita punya ilmu yang “sangat terbatas” untuk memilih, maka dari itu Allah pilihkan yang terbaik. Yang perlu dilakukan adalah ikhlas menerima dan serahkan semua kepada Allah.

3 ciri belum mau untuk menerima pilihan Allah atas kita adalah :

  • Selalu berbuat salah yang sudah kita ketahui. Artinya kita sudah mengetahui bahwa itu salah, bahwa itu tidak benar, bahwa itu bukan yang Allah inginkan, tapi kita tetap menjalankan perbuatan itu.
  • Memilih yang baik, padahal ada yang lebih baik. Ada kebaikan yang nilainya lebih tinggi dihadapan Allah, tapi kita memilih yang biasa-biasa saja, memilih yang “segini aja cukup deh”.
  • Lebih memilih kesenangan duniawi daripada kesenangan ukhrowi.

Jika kita masih mengalami keadaan seperti diatas, maka artinya kita belum ikhlas atas pilihan yang telah Allah pilihkan untuk kita…

Jadi sebenarnya, kita disebut “BERANI” jika kita sudah mampu untuk memutuskan untuk memilih dan mengutamakan kesenangan ukhrowi dibanding duniawi. Apapun resikonya, semua yang kita lakukan harus bernilai akhirat, dan diniatkan hanya untuk Allah Subhanahu Wata’ala..

(materi dari Ust. Syatori Abdurrauf yg sedikit ana jabarkan kalimatnya)

Wallaahu a’lam bishshawwab.. sebagai manusia kita diwajibkan untuk selalu berusaha menjadi lebih baik, begitu juga dengan ana, tidak ada manusia yang sempurna apalagi yang menulis ini, semoga manfaat..

Salam Ukhwah Fillah 🙂

Urgensi Menuntut Ilmu dalam Islam

Sebenarnya ini materi kultum ana di kampus. hehe,  tapi tidak ada salahnya kan ana berbagi ilmu di sini 🙂

Kenapa menuntut ilmu itu penting ? kenapa menuntut ilmu itu urgen ?

Karena dengan ilmu kita bisa bisa tahu mana yang seharusnya dilakukan, mana yang seharusnya tidak dilakukan. Dengan ilmu kita bisa menggapai cita, dengan ilmu kita bisa mengetahui cara yang tepat untuk bertindak.

Bahkan dalam beribadah kepada Allah pun kita butuh ilmu, sholat, wudhu, haji dan ibadah2 yg lain, kita butuh ilmu, Allah tidak boleh diibadahi dengan kebodohan.

Semakin banyak ilmu yang kita dapat, semakin rendah hati lah kita.

Kebanyakan dari kita, hanya mementingkan ilmu-ilmu di sekolah, dikampus, padahal sebenarnya, ilmu agama jauh lebih penting. Karena ilmu agamalah yang mengajarkan bagaimana kita hidup, bagaimana seharusnya kita bersikap, karena ilmu agamalah yang orientasinya bersifat ukhrowah, dan sesungguhnya memang akhirat lah yang menjadi tujuan utama kita hidup di dunia ini. tapi bukan berarti ilmu matematika, ekonomi, dll itu tidak penting.

Disebutkan dalam sahih Muslim, dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu anha, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga.”(HR.Muslim:2699)

 

Hadits ini menerangkan bahwa seorang yang keluar untuk menuntut ilmu, akan menjadi sebab masuknya seorang hamba ke dalam surga. Mengapa demikian? Ya, tatkala seorang muslim mempelajari agamanya dengan penuh keikhlasan, maka dia akan dimudahkan untuk memahami mana yang baik dan mana yang buruk, antara yang halal dan yang haram, yang haq dan yang batil, lalu dia berusaha mengamalkan apa yang telah ia ketahui dari ilmu tersebut, sehingga ia menggabungkan antara ilmu dan amal dengan keikhlasan dan mengikuti bimbingan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam , maka dia menjadi seorang hamba yang diridhai-Nya, dan tiada balasan dari Allah Ta’ala bagi hamba yang diridhai-Nya melainkan surga.

 

Banyak kaum muslimin yang beranggapan bahwa menuntut ilmu agama itu hanya tugas para santri yang duduk di pondok-pondok pesantren. Tentu ini merupakan persepsi yang salah, sebab setiap muslim telah diwajibkan untuk mempelajarinya, sebagaimana yang telah kita sebutkan dari hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.

“Setiap aku mendapat ilmu baru, semakin pula aku tahu akan kebodohanku.” (Imam Asy-Syafi’i)

 

Hadits ini menjelaskan bahwa balasan yang Allah berikan kepada hambanya setimpal dengan usaha yang telah dia lakukan, sebagaimana dia menempuh jalan untuk mencari kehidupan hatinya dan keselamatan dirinya dari kebinasaan, maka Allah menjadikannya menempuh jalan yang ingin diraihnya tersebut.

 

Ilmu bukan untuk kesombongan semata, tapi justru seharusnya ilmu lah yang membuat kita semakin rendah hati. Karena ilmu itu sangat luas, bahkan mungkin hampir tak terbatas. Semakin banyak kita mempelajarinya, semakin terlihatlah kekurangan kita, ketidaktahuan kita.

Astagfirullah..
banyak yang tinggi ilmunya.. pendek akalnya..
banyak yang tinggi ilmunya.. merasa sombong..
dan lebih parahnya banyak yang tinggi ilmunya.. tpi ia tdak mencari ilmua agama, sehingga ketika ia tersentuh ilmu agama dan tdak sesuai dngan ilmu yang ia banggakan ia malah menolak,, bahkan ia menglok2nya.. Naudzubillah…
hendaklah kita banyak bermuhasabah diri.. apakah ilmu yang kita pelajari kan berguna diakhirat kelak.. atau bahkan melalaikanmu dari mengingat Allah..

ilmu – pengAmalan = nol

Rasulullah SAW bersabda : “Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu.”

(HR. Ath-Thabrani)

Allah memberikan kemuliaan kepada orang-orang yang berilmu dengan memberikan berbagai keutamaan kepada mereka seperti yang tercantum dalam:

1. “Sebaik-baik umatku adalah ulama dan sebaik-baik ulama adalah yang berkasih sayang. Ingatlah bahwa sesungguhnya Allah akan mengampuni orang alim sebanyak 40 dosa dan setelah itu Allah mengampuni 1 dosa orang bodoh.”

2. “Dan ingatlah orang alim yang rahim (kasih sayang) akan datang pada hari kiamat dengan bercahaya dan akan menerangi antara barat dan timur seperti terangnya bulan purnama.”

3. “Allah akan tetap menolong hamba-Nya selama hamba-Nya mau menolong saudaranya. Dan barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu pasti Allah memudahkan baginya jalan untuk ke syurga. Dan apabila berkumpul suatu kaum di suatu rumah dari rumah-rumah Allah (mesjid) dengan membaca Al-Qur`an dan mempelajarinya sesama mereka maka niscaya turun atas mereka ketentraman dan mereka diliputi rahmat dan dikelilingi para malaikat dan Allah menyebutnya dalam golongan yang adapada-Nya. Dan barangsiapa yang lambat amalnya maka tidak akan dipercepat diangkat derajatnya.”

4. “Barangsiapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke syurga” (HR. Muslim).

5. “Barangsiapa memberikan petunjuk kebaikan maka baginya akan mendapatkan ganjaran seperti ganjaran yang diterima oleh orang yang mengikutinya dan tidak berkurang sedikit pun hal itu dari ganjaran orang tersebut.” (HR. Muslim).

6. “Jika anak Adam telah meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali 3 hal:

1) Ilmu yang bermanfaat

2) Sedekah jariyah

3) Anak Shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya” (HR. Muslim).

7. “Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah untuk diberi kebaikan maka orang itu lalu memperdalam agama Islam” (HR. Bukhari-Muslim).